Katanya, sebagai bentuk komitmen terhadap pedagang terdampak. Sebelum pembangunan pasar ini dimulai, Pemkab Bogor telah melakukan pembangunan Tempat Penampungan Sementara (TPS).
“Sosialisasi intensif juga sudah kita lakuka sejak Mei lalu, untuk memastikan kesiapan dan dukungan lintas sektor,” ujarnya.
Andri Hadian menekankan pentingnya kolaborasi dan ketahanan semua pihak dalam mendukung pembangunan.
“Pasar ini bukan hanya tempat berdagang, tapi juga aset daerah dan warisan masa depan. Ini adalah simbol harapan, semangat kebersamaan, dan kebangkitan ekonomi rakyat,” tegasnya.
Ia menambahkan, dengan pembangunan ini, Pasar Leuwiliang akan menjadi pasar rakyat SNI kedua di Kabupaten Bogor setelah Pasar Cisarua, sekaligus ditargetkan menjadi pasar terbaik di wilayah Leuwiliang.
Selanjutnya, Direktur Utama Perumda Pasar Tohaga, Haris Setiawan, menegaskan bahwa pembangunan pasar Leuwiliang dirancang dengan mengedepankan standar SNI, konsep ramah lingkungan, serta sentuhan budaya lokal dan nilai-nilai legenda Leuwiliang.
“Ini akan menjadi pasar tradisional yang bersih, nyaman, dan tertata. Kami menargetkan rampung dalam 18 bulan, bahkan lebih cepat jika memungkinkan,” ujarnya.
Katanya sebagai bentuk antisipasi kejadian serupa, seluruh karyawan pasar akan mendapatkan pelatihan dasar pemadam kebakaran.
“Ini bagian dari peningkatan sistem keamanan pasar dan perlindungan aset pedagang,” tambah Haris.
Sementara itu, Direktur Utama PT. Maharaja Raffles Nusantara, Frans Susanto, menyebut proyek ini sebagai ikon baru kebanggaan masyarakat Bogor.
“Kami pastikan pembangunan akan dilakukan dengan kualitas terbaik dan memperhatikan kenyamanan pedagang dan pengunjung,” imbuhnya.